Daerah

Petani Sampit Menghadapi Kerugian Akibat Banjir

Avatar of Ahmad Azzam
388
×

Petani Sampit Menghadapi Kerugian Akibat Banjir

Sebarkan artikel ini
Petani Sampit Menghadapi Kerugian Akibat Banjir

Betang.id – Banjir yang melanda Kota Sampit pada Senin (4/12) telah menimbulkan kerugian signifikan bagi para petani di daerah tersebut. Lahan pertanian hortikultura yang merata terendam air, mengakibatkan rusaknya berbagai tanaman dan menyebabkan petani mengalami kerugian finansial.

Munir, seorang petani lokal di Sampit, menjelaskan dampak negatif yang dialami tanaman akibat genangan air yang terlalu lama. “Akar tanaman bisa busuk jika terendam terlalu lama. Contohnya, tanaman sawi banyak yang rusak dan tidak bisa diselamatkan lagi,” ungkap Munir pada hari Selasa.

Keadaan sulit terlihat di lahan pertanian di Jalan Teratai IV Barat. Beberapa lahan masih terendam hingga pagi Selasa, mengancam tanaman milik warga karena mayoritas tanaman yang tergenang banjir adalah yang masih muda.

Tanaman yang kurang kokoh seperti sawi dinyatakan gagal panen karena mengalami kerusakan parah. Sementara tanaman jagung memiliki tingkat daya tahan yang lebih baik, dapat bertahan selama dua hingga tiga hari, asalkan tidak ada hujan tambahan yang mengguyur wilayah tersebut.

Munir memperkirakan kerugian pribadinya mencapai Rp2 juta akibat peristiwa ini. Harga sayuran yang sedang tinggi, terutama jagung yang memiliki modal awal mencapai Rp900 ribu, membuat petani menghadapi kerugian finansial yang signifikan.

Petani lainnya, Zakir, menambahkan bahwa kedalaman banjir yang mencapai 30 sentimeter sempat merendam lahan pertaniannya. Meskipun air telah berangsur surut, petani harus bekerja ekstra untuk menyelamatkan tanaman mereka agar tidak semakin banyak yang rusak.

Zakir aktif menabur kapur ke tanaman dan lahan pertaniannya untuk mengurangi tingkat keasaman tanah setelah terendam banjir. “Kalau habis hujan itu biasanya ditaburi kapur, fungsinya supaya tidak kuning. Tanaman bisa kuning kalau tidak dikasih kapur setelah hujan, dan harus dibuang kalau sudah kuning. Selain kapur, kita juga memberikan pupuk urea,” terang Zakir.

Meskipun banjir kali ini dianggap sebagai yang paling parah, para petani merasa terbantu karena selokan telah diperlebar oleh pemerintah daerah, sehingga air cepat surut. Kendati demikian, mereka menduga bahwa banjir terjadi karena kurang optimalnya drainase di wilayah tersebut, ditambah lagi dengan lokasi lahan pertanian yang berada di dataran rendah.

Dengan cuaca yang tidak menentu dan masuknya musim penghujan, para petani berkomitmen untuk merawat tanaman mereka sebaik mungkin demi mengurangi dampak negatif akibat bencana alam ini.