Daerah

Bundaran Kumai Menjadi Spektakuler dengan Kapal Pinisi sebagai Ikon Baru

Avatar of Ahmad Azzam
536
×

Bundaran Kumai Menjadi Spektakuler dengan Kapal Pinisi sebagai Ikon Baru

Sebarkan artikel ini
Bundaran Kumai Menjadi Spektakuler dengan Kapal Pinisi sebagai Ikon Baru

Betang.id – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, telah mengambil keputusan monumental dengan memilih kapal pinisi sebagai simbol baru yang menghiasi bundaran di kecamatan Kumai. Keputusan ini tidak hanya mengubah tampilan ikonik bundaran, tetapi juga menciptakan gerbang megah yang memimpin menuju pelabuhan Panglima Utar Kumai. Pilihan ini diumumkan oleh Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Kobar, Juni Gultom, dalam konferensi pers di Pangkalan Bun pada Jumat lalu.

Sebelumnya dikenal sebagai Bundaran Monyet, kini bundaran tersebut bertransformasi menjadi Bundaran Bahari dengan sentuhan estetika kapal tradisional pinisi. Menurut Gultom, perubahan ini didasarkan pada usulan dari tokoh masyarakat Kumai yang melihat kapal pinisi sebagai lambang semangat heroik dan warisan nenek moyang sebagai pelaut tangguh. Penduduk Kumai, mayoritas merupakan nelayan tradisional, menjadikan kapal pinisi simbol yang sangat relevan.

Muhammad Hasyim Muallim, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kobar, menjelaskan bahwa Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang terletak di Kecamatan Kumai sering menjadi destinasi wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, perlu adanya penataan estetik yang dapat memberikan daya tarik visual. Kapal pinisi dipilih karena melambangkan nilai-nilai filosofis seperti kerja keras, kerjasama, keindahan, dan keberlanjutan alam.

Proyek pembangunan wajah baru untuk ikon Bundaran Bahari menghabiskan dana sekitar Rp 720.800.000. Meskipun belum sepenuhnya selesai, keindahan bundaran sudah mulai terlihat, terutama pada malam hari dengan hiasan lampu yang mempercantik sekitarnya. Hasyim menegaskan bahwa ornamen di bawah kapal nantinya akan menceritakan perjuangan masyarakat Kumai pada tanggal 14 Januari 1946.

Dua tiang utama Kapal Pinisi memiliki makna mendalam, mewakili dua kalimat syahadat dalam Islam, sementara tujuh layar lainnya menjadi simbol surah Al-Fatihah. Simbol tersebut mencerminkan harapan dan doa untuk keselamatan dan keberkahan bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat. Meski proyek belum sepenuhnya selesai, Bundaran Bahari dengan megahnya mengundang decak kagum, memberikan sentuhan baru pada kawasan tersebut, dan menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat dalam memperindah dan mengabadikan sejarah lokal.